Malang- Penentuan penerima beasiswa BBP-PPA (Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan
Prestasi Akademik) di Universitas Brawijaya menimbulkan kontroversi. Beasiswa
yang akan diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kepada 2000 lebih
mahasiswa Universitas Brawijaya tersebut dirasa tidak tepat sasaran.
Kontroversi
ini dimulai setelah ditemukan adanya calon penerima beasiswa BBP-PPA, yang
berasal dari keluarga menengah ke atas pada pengumuman seleksi beasiswa pada 24
April lalu. Menurut aturan, beasiswa PPA akan diberikan pada mahasiswa yang
memiliki prestasi tinggi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00.
Sementara BBP-PPA akan diprioritaskan kepada mahasiswa dari ekonomi keluarga
kurang mampu namun memiliki prestasi yang baik dengan IPK minimal 2,75.
Pihak Universitas Brawijaya melalui
website beasiswa.ub.ac.id menjelaskan
bahwa proses penjaringan penerima beasiswa PPA dan BBP-PPA dilakukan melalui
beberapa tahapan. Pertama, setiap fakultas menyeleksi calon penerima beasiswa melalui
data yang ada dalam SIAM. Fakultas melakukan proses verifikasi
calon penerima yang layak atau memenuhi syarat. Untuk Beasiswa PPA, diprioritaskan
bagi mahasiswa yang memiliki IPK tertinggi dan/atau memiliki prestasi terbaik
ko/ekstra kurikuler; sedangkan BBP-PPA diprioritaskan bagi mahasiswa kurang
mampu secara ekonomi tetapi memiliki prestasi baik. Tahapan selanjutnya dilakukan oleh BAK/Kesma UB yang melakukan
verifikasi calon penerima agar tidak terjadi dobel beasiswa. Mahasiswa yang telah dinyatakan sebagai calon penerima
beasiswa harus memberi konfirmasi bersedia menerima atau tidak secara on
line, selanjutnya mengisi formulir permohonan beasiswa, melengkapi berkas
dan meng-upload berkas yang telah ditentukan. Jika dalam
waktu lima hari calon penerima tidak melakukan konfirmasi online, calon
dianggap mengundurkan diri, selanjutnya fakultas mencari pengganti calon lain
yang memenuhi syarat.
Sayangnya, walaupun sudah melalui penjaringan prosedural, penerima beasiswa
BPP-PPA yang diumumkan melalui beasiswa.ub.ac.id dan juga melalui akun SIAM
masing-masing mahasiswa dirasa tidak tepat sasaran.
Mutia
(19) salah satu mahasiswa komunikasi menyesalkan peristiwa ini ketika ditanya
mengenai penerima BBP-PPA. “Saya heran saja, bagaimana bisa mereka mendapat
beasiswa BBP-PPA. Padahal kan orang
tuanya sangat mampu. Dan ini bisa jadi terjadi dari tahun ke tahun tanpa ada
tindakan tegas.” ujarnya.
Tidak
hanya Mutia, banyak mahasiswa menyesalkan perkara ini dan menuliskan
kekecewaannya pada timeline akun jejaring
sosial Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya. Solahuddin Al-Fatih
menuliskan, “Diharapkan yang merasa mampu untuk tidak secara
tiba-tiba memiskinkan diri hanya demi gengsi dapat beasiswa. Jika mampu, lalu mengambil jatah BBP, maka sama dengan memakan
harta saudaranya yang kurang mampu. Jika merasa IPK
tidak terlalu tinggi, maka berikan pada yg lebih berhak menerima PPA. Lebih baik mengundurkan diri daripada mengambil BBP PPA yang bukan
haknya.”
“Jika menemukan
kenyataan seperti itu, segera ingatkan anaknya atau laporkan kepada
kemahasiswaan fakultas dengan membawa bukti yang jelas.” Jawab official EM UB
saat menjawab pertanyaan terkait penerima BBP-PPA melalui twitter.
Jawaban
dari EM tersebut dirasa kurang memuaskan bagi khalayak, karena terkesan
khalayak yang harus bekerja sendiri sementara petinggi kampus tidak bersedia
melakukan peninjauan ulang. “Kalau kita mengingatkan saja, apa iya dia mau
melepas uang Rp. 350.000-nya. Kalau disuruh bawa bukti, gimana caranya coba
kita minta slip gaji asli dari yang bersangkutan? Emangnya mereka bersedia?” tambah Mutia.
Ketidaktepatan
penjaringan ini diduga karena banyak mahasiswa yang memanipulasi data
pribadinya ketika masih menjadi mahasiwa baru. Mereka kemungkinan memasukkan
data perekonomian keluarga yang tidak benar dalam SIAM. “Andai saja yang mendapat
beasiswa adalah mereka yang berasal dari ekonomi menengah keatas berarti ada
kesalahan dari pendataan penyaringan atau kecurangan yag dilakukan oleh
mahasiswanya sendiri.” terang Nora, Mahasiswa yang juga mendapatkan beasiswa
BPP-PPA.
Karena
banyaknya protes dari mahasiswa baik secara lisan maupun tertulis melaui akun
jejaring sosial, banner, dan sebagainya, Eksekutif Mahasiswa Universitas
Brawijaya mengajak seluruh warga kampus untuk ikut serta mengawasi proses
penyaringan lanjutan penerima beasiswa PPA/BBP dan segera melaporkan melalui
divisi Advokesma BEM atau melalui kemahasiswaan fakultas masing-masing apabila
menemukan fenomena yang sejenis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar