Sabtu, 17 Mei 2014

BPP-PPA, UNTUK SIAPA ? #assignment

Malang- Penentuan penerima beasiswa BBP-PPA (Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik) di Universitas Brawijaya menimbulkan kontroversi. Beasiswa yang akan diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kepada 2000 lebih mahasiswa Universitas Brawijaya tersebut dirasa tidak tepat sasaran.
Kontroversi ini dimulai setelah ditemukan adanya calon penerima beasiswa BBP-PPA, yang berasal dari keluarga menengah ke atas pada pengumuman seleksi beasiswa pada 24 April lalu. Menurut aturan, beasiswa PPA akan diberikan pada mahasiswa yang memiliki prestasi tinggi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00. Sementara BBP-PPA akan diprioritaskan kepada mahasiswa dari ekonomi keluarga kurang mampu namun memiliki prestasi yang baik dengan IPK minimal 2,75.
Pihak Universitas Brawijaya melalui website beasiswa.ub.ac.id menjelaskan bahwa proses penjaringan penerima beasiswa PPA dan BBP-PPA dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, setiap fakultas menyeleksi calon penerima beasiswa melalui data yang ada dalam SIAM. Fakultas melakukan proses verifikasi calon penerima yang layak atau memenuhi syarat. Untuk Beasiswa PPA, diprioritaskan bagi mahasiswa yang memiliki IPK tertinggi dan/atau memiliki prestasi terbaik ko/ekstra kurikuler; sedangkan BBP-PPA diprioritaskan bagi mahasiswa kurang mampu secara ekonomi tetapi memiliki prestasi baik. Tahapan selanjutnya dilakukan oleh BAK/Kesma UB yang melakukan verifikasi calon penerima agar tidak terjadi dobel beasiswa. Mahasiswa yang telah dinyatakan sebagai calon penerima beasiswa harus memberi konfirmasi bersedia menerima atau tidak secara on line, selanjutnya mengisi formulir permohonan beasiswa, melengkapi berkas dan meng-upload berkas yang telah ditentukan. Jika dalam waktu lima hari calon penerima tidak melakukan konfirmasi online, calon dianggap mengundurkan diri, selanjutnya fakultas mencari pengganti calon lain yang memenuhi syarat. Sayangnya, walaupun sudah melalui penjaringan prosedural, penerima beasiswa BPP-PPA yang diumumkan melalui beasiswa.ub.ac.id dan juga melalui akun SIAM masing-masing mahasiswa dirasa tidak tepat sasaran.
Mutia (19) salah satu mahasiswa komunikasi menyesalkan peristiwa ini ketika ditanya mengenai penerima BBP-PPA. “Saya heran saja, bagaimana bisa mereka mendapat beasiswa BBP-PPA. Padahal kan orang tuanya sangat mampu. Dan ini bisa jadi terjadi dari tahun ke tahun tanpa ada tindakan tegas.” ujarnya.
Tidak hanya Mutia, banyak mahasiswa menyesalkan perkara ini dan menuliskan kekecewaannya pada timeline akun jejaring sosial Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya. Solahuddin Al-Fatih menuliskan, “Diharapkan yang merasa mampu untuk tidak secara tiba-tiba memiskinkan diri hanya demi gengsi dapat beasiswa. Jika mampu, lalu mengambil jatah BBP, maka sama dengan memakan harta saudaranya yang kurang mampu. Jika merasa IPK tidak terlalu tinggi, maka berikan pada yg lebih berhak menerima PPA. Lebih baik mengundurkan diri daripada mengambil BBP PPA yang bukan haknya.”
“Jika menemukan kenyataan seperti itu, segera ingatkan anaknya atau laporkan kepada kemahasiswaan fakultas dengan membawa bukti yang jelas.” Jawab official EM UB saat menjawab pertanyaan terkait penerima BBP-PPA melalui twitter.
Jawaban dari EM tersebut dirasa kurang memuaskan bagi khalayak, karena terkesan khalayak yang harus bekerja sendiri sementara petinggi kampus tidak bersedia melakukan peninjauan ulang. “Kalau kita mengingatkan saja, apa iya dia mau melepas uang Rp. 350.000-nya. Kalau disuruh bawa bukti, gimana caranya coba kita minta slip gaji asli dari yang bersangkutan? Emangnya mereka bersedia?” tambah Mutia.
Ketidaktepatan penjaringan ini diduga karena banyak mahasiswa yang memanipulasi data pribadinya ketika masih menjadi mahasiwa baru. Mereka kemungkinan memasukkan data perekonomian keluarga yang tidak benar dalam SIAM. “Andai saja yang mendapat beasiswa adalah mereka yang berasal dari ekonomi menengah keatas berarti ada kesalahan dari pendataan penyaringan atau kecurangan yag dilakukan oleh mahasiswanya sendiri.” terang Nora, Mahasiswa yang juga mendapatkan beasiswa BPP-PPA.
Karena banyaknya protes dari mahasiswa baik secara lisan maupun tertulis melaui akun jejaring sosial, banner, dan sebagainya, Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya mengajak seluruh warga kampus untuk ikut serta mengawasi proses penyaringan lanjutan penerima beasiswa PPA/BBP dan segera melaporkan melalui divisi Advokesma BEM atau melalui kemahasiswaan fakultas masing-masing apabila menemukan fenomena yang sejenis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar