Sabtu, 11 Februari 2017

Sekali tamat.

Subuh.

I can't believe it's so sweet ~
another love song ~
you are my love song ~
dering ponsel berbunyi. Suara nyaringnya hampir bersahut-sahutan dengan suara adzan masjid belakang rumah.
dengan setengah sadar, pemilik ponsel segera mencari ponselnya yang entah terselip di mana. enggan mencari dengan mata. meraba-raba, masih mencari. Dimana sih kok nggak ada! gerutunya dalam hati.


dapat!
kini matanya sedikit terbuka. Memastikan suara yang berbunyi bukan suara alarm. beberapa hari yang lalu dia mengira suara telepon adalah suara alarm yang berujung mengabaikan suara ponselnya tanpa rasa dosa. walaupun berdering hingga beberapa kali.

"Mama Sayang" tertulis di layar telepon genggam.
Rumah? ngapain telpon subuh gini? masih berpikir. jika anak sekarang bilang, masih ngumpulin nyawa, katanya. sepintas dia teringat kejadian satu setengah tahun lalu. kabar yang tidak diinginkan datang dini hari. saudara kembarnya pulang ke pangkuan Tuhan.

kurang dari lima detik, dia segera duduk, membenahi posisi. menarik nafas dalam-dalam, menyiapkan suara.

"Assalamu'alaikum, ma?" sapanya

hanya terdengar suara seorang wanita yang menjawab. tidak ada suara keributan atau apapun di belakang. Alhamdulillah bukan berita duka, pikirnya.

"wa'alaikumsalam. Le, iki mama di Solo sama mas-masmu"

Solo??? Belanja lagi??? hobi sekali jalan-jalan. Dia menggerutu.

"Mama ngapain ke Solo, .....," kata-katanya terpotong.
"tadi malam Oom kecelakaan. tabrak lari. tapi berhasil dikejar. patah tulang kaki, dadi kudu dioprasi di Solo." bahasanya campur.

hening. oh Tuhan... berita duka lagi ternyata.
Dia lanjut fokus pada suara di sebrang

"sing nabrak mau tanggung jawab 60 persen, Le.. awale yo gak mau. pokoke mama kiter terus sampai gelem tanggung jawab," kali ini hampir semua berbahasa Jawa. lengkap dengan aksen Jawa kulonan

Aksen bahasa Jawa memang beragam. Logat Jawa timuran itu seperti logat orang daerah Surabaya, Malang, dan sekitarnya ketika berbicara. kalau Jawa  kulonan, lebih mirip seperti logat bicara orang Jogja, Solo, Semarang, dan sekitarnya. Ada juga daerah yang meskipun terletak di daerah Jawa Timur, tapi logat yang berlaku lebih mirip Jawa kulonan. Madiun, misalnya.

"trus sekarang gimana, Ma?" tanyanya polos. bukan polos, lebih tepatnya pertanyaan bingung karena belum seluruh nyawa terkumpul.

"yowes mama cuma ngabari. Ale ati-ati di sana. berdoa nek arep ning ngendi-ngendi. ben dilindungi Allah." pesannya sebelum telepon diakhiri

"Nggih, ma.. mama hati-hati..," telepon singkat itu berakhir setelah saling mengucap salam.

dia sedikit membanting tubuhnya ke atas kasur biru. Ya Tuhan, apa lagi ini... kenapa ada lagi yang datang di saat yang seperti ini. belum juga masalah kemarin selesai. Oom ngga punya siapa-siapa selain kami. apa Oom punya tabungan sebanyak itu ? Ya Allah, siapa nanti yang akan menutup 40 persen kekurangan biaya operasi ? dari mana orang tuaku mendapatkan uang. Pada siapa orang tuaku meminta pertolongan ? Allah... kenapa ini terjadi.. apakah ini cobaan untuk menguatkan keluargaku ? atau ini adalah azab karena dosa-dosa yang tidak kami sadari ?

Dia terus berpikir. bahkan dalam sholatnya. hampir dia mengutuk keadaan.
beruntung Tuhan masih melindunginya. dalam dzikirnya dia teringat pesan salah satu teman pengajian. "Mas jangan sampai marah sama keadaan ya. jangan sampai membenci atau bahkan berkata jelek sama yang mendzolimi mas Ale. karena semua itu datang atas kehendaknya Allah. jangan sampai kita juga mengutuk Allah karena keadaan ini. Sabar, mas."

Ale. seorang mahasiswa yang terkenal ramah. tergolong cowok baik, penyayang, dan murah senyum. wajahnya pun meneduhkan. menenangkan. tidak heran jika banyak temannya yang lengket dan mudah saja dia pengaruhi. meski begitu, Ale tidak pernah menghasut kawannya. kecuali urusan bolos mata pelajaran saat ia masih SMA.
Ale cowok tegar. hampir tidak pernah menangis. ia baru menangis ketika orang terdekatnya dipanggil Tuhan. ya, seperti ketika saudara kembar dia yang "spesial" berpulang.

tapi kali ini berbeda. dia menangis. menangis sejadi-jadinya. sesenggukan di atas sajadah merahnya, di dalam kamar flat yang berukuran enam meter persegi. dia berdoa, bertanya-tanya, mengeluh, mengaduh, meminta ampun, meminta kekuatan untuknya dan juga keluarganya, tentu. berharap Tuhan akan meringankan lika-liku skenario-Nya.

sedikit tenang ketika teringat pesan temannya. kembali terisak ketika teringat wajah kedua orang tuanya.
itu terjadi seperti di bawah sadar. menjadi sebuah siklus.
terus terisak, hingga rasa nyeri dia rasakan di dada. sampai air mata berhenti mengalir pun dia masih terisak. membuatnya semakin sesak.

beberapa menit kemudian, setelah ia menumpahkan semua emosi, dia merasa cukup tenang. dia bangkit dari sajadahnya. kemudian duduk di kursi. berhadapan dengan laptop kesayangan yang menemani sejak akhir SMA. laptop yang menjadi saksi perjalanan dan perjuangan.

dia membuka galeri musik yang ada di laptop. memutar sembarang dari daftar lagu. dia hanya butuh sedikit keramaian untuk mengusir setan dalam pikiran.

*Ajari aku mengenal semua ~
seterang-terangnya dunia bagiku gerhana ~
aku meyakini hanya Tuhan yang bisa ~
membuat yang tak mungkin ~
menjadi mungkin ~

terima kasih Tuhan Maha Esa ~
Kau menguji aku alangkah indahnya ~
Walau begini hatiku bercahaya ~
dan bisa melihat ~
yang mereka tak lihat ~

deg!
dia mengahayati soundtrack film yang rilis beberapa tahun silam.
perasaan kembali buncah.
air mata mengalir perlahan. namun kali ini lebih tenang. air mata penuh syukur. air mata penuh harap pada Tuhan.

lagi-lagi dia merasa Tuhan benar-benar memeluknya. Tuhan menjawab pertanyaannya. seakan Tuhan berkata, "Tenanglah, nak. Aku bisa mengubah segalanya yang terlihat mustahil di matamu. tenanglah, kuasaKu teramat besar."

Senyum Ale sedikit mengembang. dia percaya Tuhan telah menjawab keluhannya. dari lagu singkat itu juga, dia percaya Tuhan akan memberikan rahasiaNya. Hidayah yang mungkin tidak dilihat oleh orang lain. Hidayah yang bisa dia nikmati sendiri, ataupun bisa juga dia bagikan.
Hidayah iman dan Islam.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
thanks to : Intan Dwi Ambalika I.C. dan teman-teman Keluarga Film Maker Muslim Malang
terima kasih atas nasihat-nasihatnya, shalihah. 😘

Tidak ada komentar:

Posting Komentar