Jumat, 09 Desember 2016

Harapan tidak sesuai ekspektasi. Lantas ?



Selalu. Mampir ke blog cuma buat ngetik hiburan untuk kegelisahan hati. Haha yaa memang kali ini momentumnya lagi pas untuk corat coret. Dan siapa tau –blog yang engga tau ada yang baca atau engga ini– bisa menginspirasi, membantu, hmm intinya bermanfaat untuk yang baca..
Tetep.. Ambil yang baik-baik saja.. 😊

Harap. Harapan.  Berharap. Mengharap.

Hubungan manusia dengan harapan sudah seperti kasur dan seprei. Selalu menyertai tiap saat. Harapan untuk diri sendiri, berharap kepada orang lain, dan juga Tuhan.
Tidak jarang juga harapan itu seperti kita goreng telur menggunakan wajan atau teflon. Sudah memilih yang sekiranya anti lengket, eeh ternyata wajan atau teflonnya tetep bikin lengket. Ngerti kan gimana rasanya…. Telur mata sapi jadi telur berapi-api. Bentuknya jadi ngga indah. Tapi masa iya mau dibuang cuma gara-gara bentuk yang gak indah?

Begitu juga saya memahami harapan. Syukur alhamdulillah jika sesuai ekspektasi.. Jika ternyata tidak, sebel itu pasti.. tapi, mau sesebel apapun, yasudah, sudah terjadi. Seperti telur yang tetap dimakan, harapan yang tak sesuai dengan kenyataan harus tetap diterima dan dijalani..

Memang tidak sesederhana itu menganalogikan telur dan harapan. Bentuk telur kaya apapun, indah atau tidak, dimakan masih enak. Kecuali kalau pas gosong ya. Haha (lelucon garing)
Menyikapi harapan tidak semudah itu. Ya karena akhir harapan tidak selalu enak dirasakan. Berharap Pada manusia dan keadaa,n sering beakhir mengecewakan. kecewa itu gak enak. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, hal yang paling pahit dalam hidup adalah berharap pada manusia. Baik itu harapan tentang rejeki, jalan keluar dari masalah, nilai di sekolah/kuliah, atau kasus yang paling banyak adalah….Cinta (Tsahhh. Kibas poni).
Uniknya setelah seringkali diingatkan tapi tetap saja masih berharap pada manusia. Ketika hasil tidak sesuai dengan harapan kita, pelampiasannya ke arah yang kurang manfaat. Kemudian bertanya “kenapa seperti ini, Ya Allah”. Lah?

Hmm menulis ini bukan berarti saya sudah tidak lagi berharap pada manusia lho ya. Nonono. Justru alasan menulis ini karena saya terlalu berharap pada manusia. Akhirnya, kecewa. Padahal dari dulu udah serrrriing banget kecewa karena manusia. Tetep aja diulang-ulang terus. Yah memang manusia. 😔😔😔
Lalu dengan adanya tulisan ini semoga bisa menjadi pengingat saya harus bagaimana agar tidak terlalu besar berharap pada sesama.

(sebenernya masih takut nulis beginian karena khawatir dibilang sok suci. tapi gak ada maksud gitu. karena saya penuh dosa. Maaf ya kalau memang ini terlihat sok suci)

1. Menyadari apa yang ada di alam semesta ini, semuanya digerakkan atas izin Allah. Pun manusia juga bergerak, bernafas atas izin Allah. Sehingga menggantungkan harapan pada manusia alangkah lebih baik jika disertai dengan menggantungkan harapan pada Allah.

2. Yap. Berharap kepada Allah. Seperti di poin pertama, harapan kita pada manusia jangan sampai lebih besar dari harapan kita pada Allah. Caranya? Coba poin selanjutnya

3. Berdoa. Doa adalah cara terindah untuk menggantungkan harapan. Misalnya saya ingin wisuda tepat waktu di semester 8 tahun 2017 besok itu (aamiin…. Minta doanya ya ..). Sementara subjek penelitian masih abstrak, sulit ditemui, dan dosen meminta hal-hal rinci yang cukup sulit. Jika saya harus mengejar subjek penelitian dan dosen “saja”, capek di jalan sepertinya. Maka, dukungan do’a akan menjadi sangat berguna, sangat menenangkan. dan insyaa allah diberikan kemudahan solusi. Begitu juga masalah cinta cintaan. Mengejar manusia itu ndak ada habisnya kalau kata saya. Lelah di batin. So, kejar dulu yang punya hidup.
Allah tau, Allah dengar, Allah menjawab 😇

4. Buat worst case. Ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan, kita masih punya hal yang bisa dilakukan. Tentunya, worst case tetap positif. Isi waktu luang dengan hal-hal yang produktif, yang bisa menambah kualitas kita. Seperti kasus nyekripsi yang sekarang saya jalani. Kalau subjek penelitian masih sulit, mungkin bisa baca jurnal. Ah, sok rajin ya? Hahaha. Oke oke, kalau ngga mau ngejurnal, refreshing sebentar. Nonton, ngafe, baca apalah apalah gitu. Tapi tetep jangan terlalu lama terbuai kesenangan.
Skripsweet menunggu.
Demikian juga tentang cinta. Jika kecewa, mungkin bisa dengan mengalihkan dengan kembali pada teman-teman kita yang baik. Teman-teman yang bisa membawa kita pada kebaikan yang mungkin dulu pernah kita lupakan. Jalin silaturahmi lagi.
Apapun bisa dilakukan asalkan itu baik dan membawa kebaikan. Usahakan bukan sesuatu yang tidak Dia sukai atau tidak Dia anjurkan. Insyaa Allah berkah.. hahaha

5. Berprasangka dan bertutur yang baik. Mindset seperti “ada rencana yang lebih indah daripada harapanku ini” sangat membantu. Lalu jangan lupa nafas.

6. Back to Allah. Karena Tuhanmu adalah tempat ternyaman, teraman, juga tidak akan pernah mengecewakan.

Yaah sepertinya masih 6 hal itu yang bisa saya bagikan. Karena saya belum nemu lagi formula yang mungkin masih luput diantara gyrus otak saya.
Saya sangat terbuka dengan masukan. Kalau ada tips lain, boleh sampaikan pada sayaaa 😊

Baiklah, sekian dan terima kasih… Semoga bermanfaat…
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Maaf banget.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar