Agenda setting
Teori agenda
setting muncul sekitar tahun 1973 oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw.teori
ini menjelaskan bahwa media membentuk pemikiran khalayak. Media mengarahkan
khalayak untuk berpikir dan berlaku sesuai dengan apa yang dibuatnya. Media
memberikan agenda-agenda melalui pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan
mengikutinya sehingga media merupakan pihak yang memiliki kemampuan untuk
menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa
tertentu (Nurudin, 2007, h. 195-196).
Agenda media
dijadikan pula sebagai agenda masyarakat, dan agenda media ini bisa saja
sengaja dibentuk dan dimunculkan. Littlejohn (1992) dalam Nu
rudin (2007), menngemukakan :
rudin (2007), menngemukakan :
“Teori
ini memiliki kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang sama-sama
menganggap penting suatu isu.Teori ini memiliki kekuatan memprediksikan sebab
memprediksi bahwa jika orang-orang mengekspos pada satu media, mereka akan
merasa isu yang sama tersebut penting.Teori ini dapat dibuktikan salah jika
orang-orag tidak mengekspos media yang sama maka mereka tidak akan mempunyai
kesanaan bahwa isu media itu penting.
Mengukur agenda
media
Mengukur agenda
media adalah dengan menentukan ranking berdasarkan durasi, penonjolan tema
berita, dan konflik. Kriyantono (2006) mengemukakan beberapa cara mengukur
agenda media, yaitu :
1.
Meminta
self-report khalayak tentang topic apa yang dianggap penting.
2.
Meminta
responden mengisi isu-isu apa yang penting ke dalam form daftar isu yang
disediakan oleh peneliti.
3.
Peneliti
memberikan form daftar isu kepada responden, kemudian responden diminta untuk
memberikan ranking terhadap isu-isu tersebut.
4.
Responden
diminta untuk mengidentifikasi mana isu yang lebih penting dari isu-isu yang
telah dipasangkan.
5.
Variable
antara dan efek lanjutan adalah variable yang berpotensi memengaruhi agenda
publik.
Contoh
penelitian menggunakan teori agenda setting :
·
Judul : Analisis Isi Rubrik Opini Di Harian
Umum Radar Bandung
·
Rumusan
masalah : Sejauhmana Isi Rubrik Opini di Harian
Umum Radar Bandung Ditinjau Dari Diksi Bahasa Jurnalistik?
·
Kerangka
konseptual : Dalam penelitian ini akan dijelaskan alur komunikasi serta
peneliti akan menggambarkan kerangka konseptual sesuai dengan Teori Agenda Setting.
Batasan berita yang diriset dalam penelitian ini adalah pada Rubrik Opini di
Harian Umum Radar Bandung.
·
Populasi
dan sample : Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan rubrik opini sebagai
populasinya, populasi yang di ambil adalah tulisan opini yang telah dikumpulkan
pada bulan Januari 2011 yang di peroleh
sebanyak tujuh tulisan opini di harian
umum Radar Bandung.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Total
Sampling, karena jumlah objek yang relatif kecil yaitu N = 10 opini, maka n
= 10 opini.
·
Metode
penelitian : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan melukiskan
secara sistematis. Metode deskriptif kuantitaif yang peneliti lakukan yaitu
menganalisis, dan memaparkan isi opini-opini pada rubrik opini yang ditinjau
dari diksi bahasa jurnalistik.
Adapun teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis isi, dimana analisis isi ini untuk menganalisis
atau memperoleh keterangan dari isi opini pada rubrik opini di harian umum
Radar Bandung sesuai dengan alat ukur yang digunakan.Analisis isi dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi.
·
Teknik
pengumpulan data : Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan
teknik-teknik pengumpulan yaitu wawancara, studi literature, penelusuran data
online.
·
Teknik
analisis data : memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori
atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya. Setelah pengolahan
data, berikutnya tinggal menganalisis dan menginterpretasikan data. Setelah
semua data dikodekan, dan dapat dibedakan mana data-data yang sama dan
data-data yang berbeda yang nantinya data-data tersebut akan dianalisis. Sementara
itu teknik penelitian yang digunakan adalah dengan teknik analisis isi.
Mengapa
penelitian agenda setting perlu dilakukan?
Pada dasarnya,
riset kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori apakah masih relevan
dengan perkembangan atau diperlukan adanya perubahan atau inovasi terhadap
teori tersebut. Pada konteks ini, penelitian agenda setting penting karena
dewasa ini perkembangan media massa sangatlah pesat. Ditambah dengan semakin
aktifnya khalayak mengkonsumsi media massa untuk mendapatkan informasi yang
didapatnya. Hal itu tidak menutupi kemungkinan media melakukan terpaan realitas
yang telah dibentuk oleh media secara signifikan kepada khalayak.Misalnya,
maraknya penggunaan media online bisa menjadi kajian baru bagi teori agenda
setting karena bisa saja media-media online membentuk agenda media kemudian
disebarkan sehingga menjadi agenda khalayak.
Penelitian
dengan teori agenda setting ini penting untuk mengetahui seberapa signifikan
media bisa mempengaruhi khalayak melalui agenda yang dibuatnya. Kemudian,
penelitian ini juga penting untuk melihat apa pengaruh yang ditimbulkan ketika
media telah menanamkan agendanya kepada khalayak.
Uses and gratification
Teori uses and
gratification menunjukkan bahwa khalayak dianggap aktif dalam memilih dan
menggunakan suatu media massa. Ini diperkuat dengan pandangan Blumer dan Katz
dalam Nurudin (2007) bahwa pengguna media aktif dalam memilih dan menggunakan
media, dan juga berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam
usaha memenuhi kebutuhannya.Hal ini menunjukkan, dalam memilih dan menggunakan
media, khalayak sebenarnya berorientasi pada tujuan.Artinya, khalayak memiliki
mkasud dan tujuan untuk memuaskan kebutuhannya ketika memilih dan menggunakan
media.
Individu
memiliki wewenang untuk menggunakan media apapun, dan mereka juga berwewenang
menentukan bagaimana media tersebut berdampak bagi dirinya (Nurudin, 2007,
h.192)
Kita dapat
menilai interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh individu
tersebut dan kepuasan yang diperolehnya.
Katz, Blumler,
dan Gurevitch (1974) dalam Baran dan Davis (2010), mengemukakan asumsi dasar
teori ini, yaitu :
a.
Khalayak
adalah pihak yang aktif dan penggunaan media mereka lekukan berorientasi
tujuan.
b.
Inisiatif
dalam menghubungkan kebutuhan akan kepuasan terhadap pilihan media tertentu
bergantung pada anggota khalayak.
c.
Media
berkompetisi dengan sumber kebutuhan kepuasan yang lain.
d.
Orang-orang
sadar betul dengan penggunaan media, minat, dan motif sehingga memungkinkan
peneliti menyediakan gambaran lebih akurat terhadap penggunaan tersebut.
e.
Keputusan
pada nilai mengenai bagaimana khalayak menghubungkan kebtuhannya dengan media
atau isi tertentu seharusnya ditunda.
Philip Palmgreen
membuat konsep pengukuran riset uses and gratification yaitu dengan
Gratification Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO). GS adalah motif
seseorang untuk menkonsumsi media, dan juga kepuasan yang dicari oleh individu
ketika mengkonsumsi media tertentu.Sedangkan GO adalah kepuasan yang nyata yang
diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi media tertentu.
Dari GS dan GO,
Kriyantono menjelaskan bahwa periset dapat mengetahui kepuasan khlayak
berdasarkan kesenjangan antara GS dan GO. Semakin kecil discrepancy-nya, maka
media tersebut semakin memuaskan.
Content analysis
Ada banyak
definisi yang menjelaskan tentang analisis isi.Definisi analisis isi yang
dikutip oleh Dominick dalam buku Mass Media Research, diantaranya adalah :
-
Walizer
& Wienir (1978) menjelaskan “It as any systematic procedure devised to
examine the content of recorded information.”
(suatu prosedur
sistematis yang dirancang untuk menguji isi dari informasi)
-
Kerlinger
menyebutkan “Content analysis is a method of studying and analyzing
communication an a systematic, objective, and quantitative manner for the
purpose of measuring variables.”
(adalah sebuah
metode untuk mempelajari dan menganalisa komunikasi, dan sebuah cara
sistematis, objektif, dan kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur (menguji)
variable)
-
Krippendorf
(2004) menjelaskan “it as a research technique for making replicable and valid
references from data to their context.”
Budd (1967)
dalam Kriyantono (2006) mengemukakan bahwa analisis isi merupakan teknik
sistematis untuk menganalisis dan mengolah pesan atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang dipilih.
Dari
definisi-definisi tersebut, analisis isi memiliki prinsip, yaitu :
1.
Prinsip
sistemik
Isi yang akan dianalisis harus dipilih
dengan jelas dan mengikuti aturan bahwa pemilihan sampel harus melalui prosedur
yang tepat dan setiap itemnya memiliki kesempatan yang sama untuk diteliti.
Kemudian, proses evaluasi juga harus sistematis (Kerlinger dalam Dominick).
Periset tidak diperkenankan memilih isi
yang akan dianalisis, tetapi semua isi atau konten yang telah ditetapkan harus
dianalisis.
2.
Prinsip
objective
Hasil analisis tergantung pada prosedur
riset, bukan pada subjeknya. “Researcher’s personal idiosyncrasies and biases
should not enter into the finding” (Dominick).
3.
Prinsip
kuantitatif
Tujuan riset adalah hasil yang
akurat.Maka, diperlukan untuk mencatat data-data kuantitatif untuk membantu
peneliti dalam menggambarkan dengan teliti berbagai jenis isi yang
didefinisikan.
4.
Prinsip
isi yang nyata
Hal yang diteliti adalah isi yang
tampak, bukan makna yang tersirat.Jika nanti ditemukan hasil yang tersembunyi,
hal itu bisa saja.Namun segalanya berawal dari riset terhadap analisis yang
tampak.
Dominick dan
Wimmer (2000) dalam Kriyantono (2006) menuliskan ujuan dari analisis isi, yaitu
:
1.
Menggambarkan
isi komunikasi (Describing communication content)
Mengungkap
kecenderungan isi yang ada pada komunikasi, baik melalui media cetak maupun
media elektronika.
2.
Menguji
hipotesis tentang karakteristik pesan (Testing hypotheses of message
characteristic)
Periset berusaha
menghubungkan karakteristik tertentu dari sumber dengan karakteristik pesan
yang dihasilkan.
3.
Membandingkan
isi media dengan dunia nyata. Comparing media content to the “real world”
4.
Memperkirakan
gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat (Assessing the image of
particular groups is society)
5.
Mendukung
studi efek media massa (Establishing a starting point for studies of media
effect)
Selain penting
bagi riset media, Kriyantono (2006) menambahkan bahwa analisis isi penting juga
dilakukan bagi para praktisi Humas, karena dengan ini mereka bisa melakukan
analisis tentang opini publik bagi perusahaan.
Dalam buku
Teknik Praktis Riset Komunikasi, analisis isi dilakukan dengan beberapa tahap,
yaitu :
1.
Merumuskan
masalah
2.
Menyusun
kerangka konseptual (deskriptif) atau ketangka teori (eksplanatif)
3.
Menyusun
perangkat metodologi
-
Menentukan
metode pengukuran atau prosedur operasionalisasi konsep.
Konsep dijabarkan dalam ukuran-ukuran
tertentu, biasanya dalam bentuk kategori beserta indikatornya.kateggori dibuat
berdasarkan satuan yang akan dianalisis. Kemudian masing-masing dijabarkan
dalam indikator.
-
Menentukan
unit analisis, kategorisasi dan uji reliabilitas.
Unit analisis adalah sesuatu yang akan
dianalisis. Secara umum, unit analisis terbagi atas :
a.
Unit
tematik : berupa satuan berita,
perhitungannya berdasarkan tema peristiwa yang diberitakan.
b.
Unit
fisik : penghitungannya
berdasarkan satuan panjang, kolom, inchi, waktu dari pesan yang disampaikan.
c.
Unit
referens : rangkaian kata atau
kalimat yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori.
d.
Unti
sintaktis : berupa kata atau
symbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau symbol itu.
-
Menentukan
univers atau populasi sampel
-
Menentukan
metode pengumpulan data
-
Menentukan
metode analisis
-
Analisis
dan interpretasi data
Validitas dan Realibilitas
Validitas adalah
penilaian kebenaran dari suatu riset.Ukuran kualitas riset tergantung dari keabsahan
yang dilakukan selama melakukan riset. Yang membedakan antara kuantitatif dan
kualitatif adalah jika kuantitatif validitas terletak pada metodologinya,
sedangkan kualitatif terletak pada proses ewaktu periset turun ke lapangan
mengumpulkan data dan sewaktu analisis-interpretatif data (Kriyantono, 2006,
h.70).
Kriyatono (2006)
mengemukakan validitas digunakan untuk mengukur apakah instrument dapat
mengukur apa yang diukur. Validitas ini menilai apakah instrument yang kita
gunakan sudah tepat, atau apakah alat ukur yang kita gunakan tidak mengukur
objek kita justru mengukur objek lain?
Validitas
menurut Singarimbun & Effendi (1995) dalam Kriyantono (2006), dibagi atas :
1.
Validitas
rupa
Validitas ini
dicapai dengan melihat atau menguji coba alat ukur apakah telah sesuai atau
telah dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sehingga tidak
mengakibatkan bias. Biasanya, validitas ini tergantung pada penilaian
subjektif.Penilaian subjektif ini dapat dikurangi dengan penilaian yang
dilakukan beberapa ahli secara independen.
2.
Validitas
prediktif
Validitas ini
dibuat untuk memprediksi kejadian yang akan datang.
3.
Validitas
kostruksi
Validitas ini
mencangkup hubungan antara instrument penelitian dengan kerangka teori untuk
meyakinkan bahwa pengukuran secara logis berkaitan dengan konsep dalam kerangka
teori.
4.
Validitas
isi
Validitas isi
digunakan untuk mengetahui sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili
semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep.
5.
Validitas
eksternal
Validitas ini
diperoleh dengan mengkorelasikan alat uur baru dengan tolok ukur eksternal,
yaitu berupa alat ukur ang lama dan sudah valid. Validitas ini mencoba
membandingkan antara kriteria yang ada pada instrument atau alat uji dengan
fakta empiris yag terjadi di lapangan.
Reliabilitas
adalah sifat dapat dipercaya dari suatu alat ukur. Reliabilitas menunjukkan
bahwa alat ukur memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang
sama walaupun digunakan berkali-kali (Kriyantono, 2006). Dalam pembuatan
kuesioner, pertanyaan-pertanyaan dibuat dengan sebaik mungkin sehingga bila
diisi respondeng menghasilkan hasil yang relative konsisten.Sehingga alat ukur
tersebut stabil dan dapat diandalkan.
Kriyantono (2006)
mengemukakan untuk memahami reliabilitas, ada dua faktor yang harus kita tau.
Pertama adalah true score dan yang
kedua adalah measurement score.
Measurement score dapat terjadi karena ambiguitas atau responden salah
melingkari jawaban. Maka, measurement
score ini harus kita pertimbangkan
baik-baik. Semakin besar kesalahan pengukuran, maka semakin tidak reliable alat
ukur, dan sebaliknya.
Rating research
Riset rating
biasanya digunakan oleh media untuk mengetahui ketertarikan khalayak kepada
suatu program acara media. Rating adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui
jumlah khalayak media elektronik (Kriyantono, 2006)
Rating research
dapat menunujukkan kepada perusahaan tentang program apa yang paling digemari
khalayak. Research ini juga bisa mengetahui ketertarikan khalayak terhadap
program yang dibuat oleh perusahaan.
Kriyantono
(2006) menuliskan beberapa metode rating research yang diperkenalakan oleh A.C.
Nielsen, yaitu :
·
Audio
meter : alat untuk melakukan survey khalayak mengenai perilaku menonton TV dan
mendengarkan radio yang tersambung pada pusat data. Alat ini terpasang pada
radio dan televise sehingga secara otomatis bisa merekam waktu kapan TV atau
radio dinyalakan dan dimatikan, chanel apa yang dikonsumsi, durasi waktu yang
digunakan menggunakan radio atau TV, dan juga pola memilih saluran.
·
Channel
diaries : khalayak diminta untuk mencatat aktivitas mereka mengkonsumsi media.
Mereka akan mencatat durasi waktunya, dan berapa jumlah orangyang menggunakan
suatu program.
·
Phone
interview : peneliti menanyakan kepada khalayak via telepon, apakah mereka
menggunakan media TV atau radio dan program apa saja yang mereka lihat dan
dengar.
·
People
meter.
Cara menghitung
rating dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu audience rating, HUT atau PUR, dan
audience share.
Polling
Poling atau
jajak pendapat adalah metode survey untuk mengetahui pendapat-pendapat atau
pilihan khalayak terhadap suatu hal. Pendapat ini diperkuat dengan tulisan
Haryoseno (2011) yang menyatakan bahwa Polling adalah teknik penelitian untuk
mengukur pendapat umum. Polling menerapkan prinsip probabilitas untuk penarikan
sampel.Dengan ini, polling dapat dilakukan hanya dengan beberapa orang saja
sebagai sampel.Meski tidak melibatkan semua anggota populasi, namun hasli
polling dapat digeneralisasikan sebagai representasi suara mayoritas karena
pemilihan sampel pun dilakukan dengan metode teknik sampling.
Cellinda yang
dikutip dalam buku Metode Penelitian Komunikasi, mengemukakan pengertian
polling yaitu suatu cara sistematis, ilmiah, dan terpercaya untuk mengumpulkan
informasi dari sampel orang yang digunakan untuk menggeneralisasikan pada
kelompok atau populasi yang lebih luas di mana sampel itu diambil. Masalah yang
diambil polling adalah sebuah persoalan yang telah menjadi opini publik.
Tahapan polling
terbagi menjadi empat tahapan, yaitu :
1.
Menentukan
tujuan polling, yaitu mengetahui respon publik terhadap persoalan aktual yang
tengah terjadi di masyarakat. Tujuannya, untuk mengetahui respon publik, setuju
atau tidak setuju dengan suatu kebijakan dan juga bertujuan untuk melihat
intensitas sikap publik terhadap suatu isu.
2.
Menetapkan
populasi dan sample, yaitu sample di ambil dari populasi. Terdapat 3 unsur
penentu sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel dalam penelitian polling,
yaitu jumlah sampel, tingkat presisi, dan sampling error.
Sampel yang
diambil sebaiknya yang bisa mewakili publik yang dimaksud dan mengakomodasi
heterogenitas.
Tingkat presisi
berarti tingkat ketelitian penelitian.Semakin tinggi jumlah sample, semakin
tinggi pula tingkat ketelitiannya.Jika kita menginginkan hasil penelitian
dengan ketelitian tinggi, jumlah sampel sebaiknya ditingkatkan atau dinaikkan
jumlahnya.
Sampling error
berarti tingkat atau jumlah kesalahan yang masih dapat ditoleransi dalam sebuah
penelitian. Tingkat kepercayaan biasanya ditetapkan sebesar 90% atau 95%
3.
Menentukan
tipe informasi, yaitu menentukan jenis informasi, rumusan pertanyaan, dan jawaban
yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Biasanya, polling menggunakan
jenis kuesioner tertutup.
4.
Menetapkan
waktu dan metode pengumpulan data polling. Setelah instrumen penelitian siap,
peneliti menentukan waktu untuk menghimpun data dari sampel. Waktu dan metode
pengumpulan data harus dapat menjamin terkumpulnya data yang lengkap sesuai
dengan tuntutan idealitas sebuah penelitian polling.
Setiawan (1995)
menjelaskan tentang operasionalisasi atau pembuatan pertanyaan dalam penelitian
polling.Pembuatan pertanyaan dalam penelitian polling dilakukan dengan merujuk
pada jenis/tujuan penelitian polling.Secara umum tujuan polling ada dua, yaitu
permohonan persetujuan publik, dan intensitas sikap publik.
Permohonan
persetujuan publik berarti polling bertujuan untuk meminta persetujuan publik
terhadap satu isu, persoalan atau fakta yang terjadi di masyarakat.Sedangkan
intensitas sikap publik berarti tujuan polling adalah meminta pilihan jawaban
publik terhadap isu atau persoalan tertentu yang secara aktual terjadi di
masyarakat.
Tingkat
keakuratan polling yang dilakukan oleh media massa dirasa kurang akurat.
“menurut Norman
Bardburn, direktur National Opinon Research Center University of Chicago, hasil
riset seperti itu tidak didasari metode ilmiah, dengan demikian hasilnya
dianggap hiburan saja. … Polling yang dilakukan dalam pemilu menjadikan pemilu
sama dengan Indonesian Idol. Kata Alwi Dahlan, pakar komunikasi Indonesia.”
(Cangara, 2011, h. 155)
Jaringan komunikasi
Rogers &
Kincaid dalam Kriyantono (2006) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah
metode riset untuk mengidentifikasi pola komunikasi dalam sebuah sistem, dimana
dalam menganalisisnya digunakan hubungan interpersonal sebagai alat
analisisnya.Konsep utama dalam analisis jaringan adalah informasi.Analisis
jaringan komunikasi merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana suatu informasi menyebar, mengalir kepada individu-individu dalam
sebuah sistem (Kriyantono, 2006).Analisis jaringan biasanya digunakan untuk
analisis difusi inovasi.
Rogers &
Kincaid (1980) yang dikutip oleh Kriyantono, menjelaskan proses riset analisis
jaringan komunikasi, yaitu :
1.
Mengidentifikasi
klik dalam sistem dan menentukan pengaruhnya terhadap pola komunikasi dalam
sistem
2.
Mengidentifikasi
beberapa peranan komunikasi yang terspesialisasi (isolate, bridges, dan
liaison)
3.
Mengukur
variasi struktur komunikasi baik diantara individu sampai keseluruhan sistem.
Kriyantono menuliskan yang dimaksud dengan klik adalah
bagian dari suatu sistem jaringan komunikasi yang antar anggotanya berhubugan
relative lebih sering satu sama lain (rogers & Kincaid dalam Kriyantono,
2006, h. 326). Klik memiliki syarat, yang pertama adalah setiap klik terdiri
minimal tiga anggota.Kedua, setiap anggota klik tidak memiliki 50% hubungan.Ketiga,
setiap anggota klik harus berhubungan langsung maupun tidak langsung.
Pada analisis
jaringan komunikasi, ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghimpun data, yaitu dengan kuesioner dan wawancara.Kuesioner digunakan untuk melihat arus
informasi dalam suatu sistem, diajukan kepada seluruh populasi. Sementara
wawancara digunakan untuk melengkapi hasil kuesioner (Kriyantono, 2006)
Perlu
diperhatikan, bahwa pada analisis jaringan komunikasi peneliti tidak
membutuhkan sample. Karena sampel yang digunakan adalah populasi itu sendiri.
Studi Kasus
Rumusan masalah
: “apakah ada hubungan antara sikap pemilih pemula terhadap parpol dengan sikap
orang tua terhadap parpol?”
Pertanyaan : sikap
orang tua saya terhadap PAN
Jawaban : SS S CS TS STS
Responden : 100
orang siswa SMA
Pada studi kasus
tersebut, kuesioner yang dibuat kurang tepat.Kuesioner tersebut seharusnya
ditujukan kepada orang tua, bukan kepada siswa/anak. Seperti yang telah
dijelaskna diatas, bahwa instrument/kuesioner harus sesuai dengan siapa yang
akan kita teliti. Jika rumusan masalah kita menyoroti kepada sikap orang tua, instrument
yang kita buat juga ditujukan kepada orang tua.
Jika instrument
dibiarkan seperti itu dan diberikan kepada siswa SMA sebagai responden, maka
instrument tersebut tidak valid.Hal ini dikarenakan instrument yang kita buat
menanyakan tentang sikap orang tua terhadap papol.Yang tahu jawaban setuju atau
tidak dengan PAN adalah orang tua.Sehingga, dari instrument diatas yang perlu
diubah adalah siapa respondennya.
Cangara. (2011). Komunikasi Politik : Konsep Teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali
Pers
Haryoseno,
Rikcy. Layanan Pengumpulan Pendapat
(Polling) Berbasis Dual Tone Multi Frekuensi. Semarang: Universitas
Diponegoro, https://eprints.undip.ac.id/ diakses pada 8 Maret 2015
Krasmaya, Suci
Susan. (2011). Analisis Isi Rubrik Opini
Di Harian Umum Radar Bandung. Bandung: Unikom, https://Elib.unikom.ac.id/download.php?id=121010/diakses pada 8 Maret 2015
Kriyantono,
Rachmat. (2006). Teknik Praktik Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Nurudin.(2007). Pegantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers
Setiawan, Bambang. (1995). Metode penelitian komunikasi.
https://masofa.wordpress.com/2008/02/24/penelitian-komunikasi/,
diakses pada 8 Maret 2015
Stanley J.Baran,
Dennis K. Davis. (2010). Teori Komunikasi
Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa depan (5thed.). ([A] Daud,
[P. I.]Izzati, terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar