Senin, 09 Maret 2015

Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif (Agenda Setting, Uses and Gratification, Content Analysis, Polling, Jaringan Komunikasi)

Agenda setting
Teori agenda setting muncul sekitar tahun 1973 oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw.teori ini menjelaskan bahwa media membentuk pemikiran khalayak. Media mengarahkan khalayak untuk berpikir dan berlaku sesuai dengan apa yang dibuatnya. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya sehingga media merupakan pihak yang memiliki kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu (Nurudin, 2007, h. 195-196).
Agenda media dijadikan pula sebagai agenda masyarakat, dan agenda media ini bisa saja sengaja dibentuk dan dimunculkan. Littlejohn (1992) dalam Nu
rudin (2007), menngemukakan :
“Teori ini memiliki kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang sama-sama menganggap penting suatu isu.Teori ini memiliki kekuatan memprediksikan sebab memprediksi bahwa jika orang-orang mengekspos pada satu media, mereka akan merasa isu yang sama tersebut penting.Teori ini dapat dibuktikan salah jika orang-orag tidak mengekspos media yang sama maka mereka tidak akan mempunyai kesanaan bahwa isu media itu penting.
Mengukur agenda media
Mengukur agenda media adalah dengan menentukan ranking berdasarkan durasi, penonjolan tema berita, dan konflik. Kriyantono (2006) mengemukakan beberapa cara mengukur agenda media, yaitu :
1.      Meminta self-report khalayak tentang topic apa yang dianggap penting.
2.      Meminta responden mengisi isu-isu apa yang penting ke dalam form daftar isu yang disediakan oleh peneliti.
3.      Peneliti memberikan form daftar isu kepada responden, kemudian responden diminta untuk memberikan ranking terhadap isu-isu tersebut.
4.      Responden diminta untuk mengidentifikasi mana isu yang lebih penting dari isu-isu yang telah dipasangkan.
5.      Variable antara dan efek lanjutan adalah variable yang berpotensi memengaruhi agenda publik.

Contoh penelitian menggunakan teori agenda setting :
·         Judul         : Analisis Isi Rubrik Opini Di Harian Umum Radar Bandung
·         Rumusan masalah : Sejauhmana Isi Rubrik Opini di Harian  Umum Radar Bandung Ditinjau Dari Diksi Bahasa Jurnalistik?
·         Kerangka konseptual : Dalam penelitian ini akan dijelaskan alur komunikasi serta peneliti akan menggambarkan kerangka konseptual sesuai dengan Teori Agenda Setting. Batasan berita yang diriset dalam penelitian ini adalah pada Rubrik Opini di Harian Umum Radar Bandung.
·         Populasi dan sample : Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan rubrik opini sebagai populasinya, populasi yang di ambil adalah tulisan opini yang telah dikumpulkan pada bulan  Januari 2011 yang di peroleh sebanyak tujuh  tulisan opini di harian umum Radar Bandung.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling, karena jumlah objek yang relatif kecil yaitu N = 10 opini, maka n = 10 opini.
·         Metode penelitian : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis. Metode deskriptif kuantitaif yang peneliti lakukan yaitu menganalisis, dan memaparkan isi opini-opini pada rubrik opini yang ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik.
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi, dimana analisis isi ini untuk menganalisis atau memperoleh keterangan dari isi opini pada rubrik opini di harian umum Radar Bandung sesuai dengan alat ukur yang digunakan.Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi.
·         Teknik pengumpulan data : Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan yaitu wawancara, studi literature, penelusuran data online.
·         Teknik analisis data : memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya. Setelah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan menginterpretasikan data. Setelah semua data dikodekan, dan dapat dibedakan mana data-data yang sama dan data-data yang berbeda yang nantinya data-data tersebut akan dianalisis. Sementara itu teknik penelitian yang digunakan adalah dengan teknik analisis isi.
Mengapa penelitian agenda setting perlu dilakukan?
Pada dasarnya, riset kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori apakah masih relevan dengan perkembangan atau diperlukan adanya perubahan atau inovasi terhadap teori tersebut. Pada konteks ini, penelitian agenda setting penting karena dewasa ini perkembangan media massa sangatlah pesat. Ditambah dengan semakin aktifnya khalayak mengkonsumsi media massa untuk mendapatkan informasi yang didapatnya. Hal itu tidak menutupi kemungkinan media melakukan terpaan realitas yang telah dibentuk oleh media secara signifikan kepada khalayak.Misalnya, maraknya penggunaan media online bisa menjadi kajian baru bagi teori agenda setting karena bisa saja media-media online membentuk agenda media kemudian disebarkan sehingga menjadi agenda khalayak.
Penelitian dengan teori agenda setting ini penting untuk mengetahui seberapa signifikan media bisa mempengaruhi khalayak melalui agenda yang dibuatnya. Kemudian, penelitian ini juga penting untuk melihat apa pengaruh yang ditimbulkan ketika media telah menanamkan agendanya kepada khalayak.

Uses and gratification
Teori uses and gratification menunjukkan bahwa khalayak dianggap aktif dalam memilih dan menggunakan suatu media massa. Ini diperkuat dengan pandangan Blumer dan Katz dalam Nurudin (2007) bahwa pengguna media aktif dalam memilih dan menggunakan media, dan juga berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya.Hal ini menunjukkan, dalam memilih dan menggunakan media, khalayak sebenarnya berorientasi pada tujuan.Artinya, khalayak memiliki mkasud dan tujuan untuk memuaskan kebutuhannya ketika memilih dan menggunakan media.
Individu memiliki wewenang untuk menggunakan media apapun, dan mereka juga berwewenang menentukan bagaimana media tersebut berdampak bagi dirinya (Nurudin, 2007, h.192)
Kita dapat menilai interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh individu tersebut dan kepuasan yang diperolehnya.
Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) dalam Baran dan Davis (2010), mengemukakan asumsi dasar teori ini, yaitu :
a.       Khalayak adalah pihak yang aktif dan penggunaan media mereka lekukan berorientasi tujuan.
b.      Inisiatif dalam menghubungkan kebutuhan akan kepuasan terhadap pilihan media tertentu bergantung pada anggota khalayak.
c.       Media berkompetisi dengan sumber kebutuhan kepuasan yang lain.
d.      Orang-orang sadar betul dengan penggunaan media, minat, dan motif sehingga memungkinkan peneliti menyediakan gambaran lebih akurat terhadap penggunaan tersebut.
e.       Keputusan pada nilai mengenai bagaimana khalayak menghubungkan kebtuhannya dengan media atau isi tertentu seharusnya ditunda.
Philip Palmgreen membuat konsep pengukuran riset uses and gratification yaitu dengan Gratification Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO). GS adalah motif seseorang untuk menkonsumsi media, dan juga kepuasan yang dicari oleh individu ketika mengkonsumsi media tertentu.Sedangkan GO adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi media tertentu.
Dari GS dan GO, Kriyantono menjelaskan bahwa periset dapat mengetahui kepuasan khlayak berdasarkan kesenjangan antara GS dan GO. Semakin kecil discrepancy-nya, maka media tersebut semakin memuaskan.

Content analysis
Ada banyak definisi yang menjelaskan tentang analisis isi.Definisi analisis isi yang dikutip oleh Dominick dalam buku Mass Media Research, diantaranya adalah :
-          Walizer & Wienir (1978) menjelaskan “It as any systematic procedure devised to examine the content of recorded information.”
(suatu prosedur sistematis yang dirancang untuk menguji isi dari informasi)
-          Kerlinger menyebutkan “Content analysis is a method of studying and analyzing communication an a systematic, objective, and quantitative manner for the purpose of measuring variables.”
(adalah sebuah metode untuk mempelajari dan menganalisa komunikasi, dan sebuah cara sistematis, objektif, dan kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur (menguji) variable)
-          Krippendorf (2004) menjelaskan “it as a research technique for making replicable and valid references from data to their context.”
Budd (1967) dalam Kriyantono (2006) mengemukakan bahwa analisis isi merupakan teknik sistematis untuk menganalisis dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.
Dari definisi-definisi tersebut, analisis isi memiliki prinsip, yaitu :
1.      Prinsip sistemik
Isi yang akan dianalisis harus dipilih dengan jelas dan mengikuti aturan bahwa pemilihan sampel harus melalui prosedur yang tepat dan setiap itemnya memiliki kesempatan yang sama untuk diteliti. Kemudian, proses evaluasi juga harus sistematis (Kerlinger dalam Dominick).
Periset tidak diperkenankan memilih isi yang akan dianalisis, tetapi semua isi atau konten yang telah ditetapkan harus dianalisis.
2.      Prinsip objective
Hasil analisis tergantung pada prosedur riset, bukan pada subjeknya. “Researcher’s personal idiosyncrasies and biases should not enter into the finding” (Dominick).
3.      Prinsip kuantitatif
Tujuan riset adalah hasil yang akurat.Maka, diperlukan untuk mencatat data-data kuantitatif untuk membantu peneliti dalam menggambarkan dengan teliti berbagai jenis isi yang didefinisikan.
4.      Prinsip isi yang nyata
Hal yang diteliti adalah isi yang tampak, bukan makna yang tersirat.Jika nanti ditemukan hasil yang tersembunyi, hal itu bisa saja.Namun segalanya berawal dari riset terhadap analisis yang tampak.
Dominick dan Wimmer (2000) dalam Kriyantono (2006) menuliskan ujuan dari analisis isi, yaitu :
1.      Menggambarkan isi komunikasi (Describing communication content)
Mengungkap kecenderungan isi yang ada pada komunikasi, baik melalui media cetak maupun media elektronika.
2.      Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (Testing hypotheses of message characteristic)
Periset berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari sumber dengan karakteristik pesan yang dihasilkan.

3.      Membandingkan isi media dengan dunia nyata. Comparing media content to the “real world”
4.      Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat (Assessing the image of particular groups is society)
5.      Mendukung studi efek media massa (Establishing a starting point for studies of media effect)
Selain penting bagi riset media, Kriyantono (2006) menambahkan bahwa analisis isi penting juga dilakukan bagi para praktisi Humas, karena dengan ini mereka bisa melakukan analisis tentang opini publik bagi perusahaan.
Dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, analisis isi dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
1.      Merumuskan masalah
2.      Menyusun kerangka konseptual (deskriptif) atau ketangka teori (eksplanatif)
3.      Menyusun perangkat metodologi
-          Menentukan metode pengukuran atau prosedur operasionalisasi konsep.
Konsep dijabarkan dalam ukuran-ukuran tertentu, biasanya dalam bentuk kategori beserta indikatornya.kateggori dibuat berdasarkan satuan yang akan dianalisis. Kemudian masing-masing dijabarkan dalam indikator.
-          Menentukan unit analisis, kategorisasi dan uji reliabilitas.
Unit analisis adalah sesuatu yang akan dianalisis. Secara umum, unit analisis terbagi atas :
a.       Unit tematik          : berupa satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema peristiwa yang diberitakan.
b.      Unit fisik               : penghitungannya berdasarkan satuan panjang, kolom, inchi, waktu dari pesan yang disampaikan.
c.       Unit referens         : rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori.
d.      Unti sintaktis         : berupa kata atau symbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau symbol itu.
-          Menentukan univers atau populasi sampel
-          Menentukan metode pengumpulan data
-          Menentukan metode analisis
-          Analisis dan interpretasi data

Validitas dan Realibilitas
Validitas adalah penilaian kebenaran dari suatu riset.Ukuran kualitas riset tergantung dari keabsahan yang dilakukan selama melakukan riset. Yang membedakan antara kuantitatif dan kualitatif adalah jika kuantitatif validitas terletak pada metodologinya, sedangkan kualitatif terletak pada proses ewaktu periset turun ke lapangan mengumpulkan data dan sewaktu analisis-interpretatif data (Kriyantono, 2006, h.70).
Kriyatono (2006) mengemukakan validitas digunakan untuk mengukur apakah instrument dapat mengukur apa yang diukur. Validitas ini menilai apakah instrument yang kita gunakan sudah tepat, atau apakah alat ukur yang kita gunakan tidak mengukur objek kita justru mengukur objek lain?
Validitas menurut Singarimbun & Effendi (1995) dalam Kriyantono (2006), dibagi atas :
1.      Validitas rupa
Validitas ini dicapai dengan melihat atau menguji coba alat ukur apakah telah sesuai atau telah dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sehingga tidak mengakibatkan bias. Biasanya, validitas ini tergantung pada penilaian subjektif.Penilaian subjektif ini dapat dikurangi dengan penilaian yang dilakukan beberapa ahli secara independen.
2.      Validitas prediktif
Validitas ini dibuat untuk memprediksi kejadian yang akan datang.
3.      Validitas kostruksi
Validitas ini mencangkup hubungan antara instrument penelitian dengan kerangka teori untuk meyakinkan bahwa pengukuran secara logis berkaitan dengan konsep dalam kerangka teori.
4.      Validitas isi
Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep.
5.      Validitas eksternal
Validitas ini diperoleh dengan mengkorelasikan alat uur baru dengan tolok ukur eksternal, yaitu berupa alat ukur ang lama dan sudah valid. Validitas ini mencoba membandingkan antara kriteria yang ada pada instrument atau alat uji dengan fakta empiris yag terjadi di lapangan.
Reliabilitas adalah sifat dapat dipercaya dari suatu alat ukur. Reliabilitas menunjukkan bahwa alat ukur memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama walaupun digunakan berkali-kali (Kriyantono, 2006). Dalam pembuatan kuesioner, pertanyaan-pertanyaan dibuat dengan sebaik mungkin sehingga bila diisi respondeng menghasilkan hasil yang relative konsisten.Sehingga alat ukur tersebut stabil dan dapat diandalkan.
Kriyantono (2006) mengemukakan untuk memahami reliabilitas, ada dua faktor yang harus kita tau. Pertama adalah true score dan yang kedua adalah measurement score. Measurement score dapat terjadi karena ambiguitas atau responden salah melingkari jawaban. Maka, measurement score  ini harus kita pertimbangkan baik-baik. Semakin besar kesalahan pengukuran, maka semakin tidak reliable alat ukur, dan sebaliknya.

Rating research
Riset rating biasanya digunakan oleh media untuk mengetahui ketertarikan khalayak kepada suatu program acara media. Rating adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui jumlah khalayak media elektronik (Kriyantono, 2006)
Rating research dapat menunujukkan kepada perusahaan tentang program apa yang paling digemari khalayak. Research ini juga bisa mengetahui ketertarikan khalayak terhadap program yang dibuat oleh perusahaan.
Kriyantono (2006) menuliskan beberapa metode rating research yang diperkenalakan oleh A.C. Nielsen, yaitu :
·         Audio meter : alat untuk melakukan survey khalayak mengenai perilaku menonton TV dan mendengarkan radio yang tersambung pada pusat data. Alat ini terpasang pada radio dan televise sehingga secara otomatis bisa merekam waktu kapan TV atau radio dinyalakan dan dimatikan, chanel apa yang dikonsumsi, durasi waktu yang digunakan menggunakan radio atau TV, dan juga pola memilih saluran.
·         Channel diaries : khalayak diminta untuk mencatat aktivitas mereka mengkonsumsi media. Mereka akan mencatat durasi waktunya, dan berapa jumlah orangyang menggunakan suatu program.
·         Phone interview : peneliti menanyakan kepada khalayak via telepon, apakah mereka menggunakan media TV atau radio dan program apa saja yang mereka lihat dan dengar.
·         People meter.
Cara menghitung rating dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu audience rating, HUT atau PUR, dan audience share.

Polling
Poling atau jajak pendapat adalah metode survey untuk mengetahui pendapat-pendapat atau pilihan khalayak terhadap suatu hal. Pendapat ini diperkuat dengan tulisan Haryoseno (2011) yang menyatakan bahwa Polling adalah teknik penelitian untuk mengukur pendapat umum. Polling menerapkan prinsip probabilitas untuk penarikan sampel.Dengan ini, polling dapat dilakukan hanya dengan beberapa orang saja sebagai sampel.Meski tidak melibatkan semua anggota populasi, namun hasli polling dapat digeneralisasikan sebagai representasi suara mayoritas karena pemilihan sampel pun dilakukan dengan metode teknik sampling.
Cellinda yang dikutip dalam buku Metode Penelitian Komunikasi, mengemukakan pengertian polling yaitu suatu cara sistematis, ilmiah, dan terpercaya untuk mengumpulkan informasi dari sampel orang yang digunakan untuk menggeneralisasikan pada kelompok atau populasi yang lebih luas di mana sampel itu diambil. Masalah yang diambil polling adalah sebuah persoalan yang telah menjadi opini publik.

Tahapan polling terbagi menjadi empat tahapan, yaitu :
1.      Menentukan tujuan polling, yaitu mengetahui respon publik terhadap persoalan aktual yang tengah terjadi di masyarakat. Tujuannya, untuk mengetahui respon publik, setuju atau tidak setuju dengan suatu kebijakan dan juga bertujuan untuk melihat intensitas sikap publik terhadap suatu isu.
2.      Menetapkan populasi dan sample, yaitu sample di ambil dari populasi. Terdapat 3 unsur penentu sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel dalam penelitian polling, yaitu jumlah sampel, tingkat presisi, dan sampling error.
Sampel yang diambil sebaiknya yang bisa mewakili publik yang dimaksud dan mengakomodasi heterogenitas.
Tingkat presisi berarti tingkat ketelitian penelitian.Semakin tinggi jumlah sample, semakin tinggi pula tingkat ketelitiannya.Jika kita menginginkan hasil penelitian dengan ketelitian tinggi, jumlah sampel sebaiknya ditingkatkan atau dinaikkan jumlahnya.
Sampling error berarti tingkat atau jumlah kesalahan yang masih dapat ditoleransi dalam sebuah penelitian. Tingkat kepercayaan biasanya ditetapkan sebesar 90% atau 95%
3.      Menentukan tipe informasi, yaitu menentukan jenis informasi, rumusan pertanyaan, dan jawaban yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Biasanya, polling menggunakan jenis kuesioner tertutup.
4.      Menetapkan waktu dan metode pengumpulan data polling. Setelah instrumen penelitian siap, peneliti menentukan waktu untuk menghimpun data dari sampel. Waktu dan metode pengumpulan data harus dapat menjamin terkumpulnya data yang lengkap sesuai dengan tuntutan idealitas sebuah penelitian polling.
Setiawan (1995) menjelaskan tentang operasionalisasi atau pembuatan pertanyaan dalam penelitian polling.Pembuatan pertanyaan dalam penelitian polling dilakukan dengan merujuk pada jenis/tujuan penelitian polling.Secara umum tujuan polling ada dua, yaitu permohonan persetujuan publik, dan intensitas sikap publik.
Permohonan persetujuan publik berarti polling bertujuan untuk meminta persetujuan publik terhadap satu isu, persoalan atau fakta yang terjadi di masyarakat.Sedangkan intensitas sikap publik berarti tujuan polling adalah meminta pilihan jawaban publik terhadap isu atau persoalan tertentu yang secara aktual terjadi di masyarakat.
Tingkat keakuratan polling yang dilakukan oleh media massa dirasa kurang akurat.
                        “menurut Norman Bardburn, direktur National Opinon Research Center University of Chicago, hasil riset seperti itu tidak didasari metode ilmiah, dengan demikian hasilnya dianggap hiburan saja. … Polling yang dilakukan dalam pemilu menjadikan pemilu sama dengan Indonesian Idol. Kata Alwi Dahlan, pakar komunikasi Indonesia.” (Cangara, 2011, h. 155)

Jaringan komunikasi
Rogers & Kincaid dalam Kriyantono (2006) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah metode riset untuk mengidentifikasi pola komunikasi dalam sebuah sistem, dimana dalam menganalisisnya digunakan hubungan interpersonal sebagai alat analisisnya.Konsep utama dalam analisis jaringan adalah informasi.Analisis jaringan komunikasi merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana suatu informasi menyebar, mengalir kepada individu-individu dalam sebuah sistem (Kriyantono, 2006).Analisis jaringan biasanya digunakan untuk analisis difusi inovasi.
Rogers & Kincaid (1980) yang dikutip oleh Kriyantono, menjelaskan proses riset analisis jaringan komunikasi, yaitu :
1.      Mengidentifikasi klik dalam sistem dan menentukan pengaruhnya terhadap pola komunikasi dalam sistem
2.      Mengidentifikasi beberapa peranan komunikasi yang terspesialisasi (isolate, bridges, dan liaison)
3.      Mengukur variasi struktur komunikasi baik diantara individu sampai keseluruhan sistem.
Kriyantono  menuliskan yang dimaksud dengan klik adalah bagian dari suatu sistem jaringan komunikasi yang antar anggotanya berhubugan relative lebih sering satu sama lain (rogers & Kincaid dalam Kriyantono, 2006, h. 326). Klik memiliki syarat, yang pertama adalah setiap klik terdiri minimal tiga anggota.Kedua, setiap anggota klik tidak memiliki 50% hubungan.Ketiga, setiap anggota klik harus berhubungan langsung maupun tidak langsung.
Pada analisis jaringan komunikasi, ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghimpun data, yaitu dengan kuesioner dan wawancara.Kuesioner digunakan untuk melihat arus informasi dalam suatu sistem, diajukan kepada seluruh populasi. Sementara wawancara digunakan untuk melengkapi hasil kuesioner (Kriyantono, 2006)
Perlu diperhatikan, bahwa pada analisis jaringan komunikasi peneliti tidak membutuhkan sample. Karena sampel yang digunakan adalah populasi itu sendiri.

Studi Kasus

Rumusan masalah : “apakah ada hubungan antara sikap pemilih pemula terhadap parpol dengan sikap orang tua terhadap parpol?”
Pertanyaan : sikap orang tua saya terhadap PAN
Jawaban :        SS        S          CS       TS        STS
Responden : 100 orang siswa SMA

Pada studi kasus tersebut, kuesioner yang dibuat kurang tepat.Kuesioner tersebut seharusnya ditujukan kepada orang tua, bukan kepada siswa/anak. Seperti yang telah dijelaskna diatas, bahwa instrument/kuesioner harus sesuai dengan siapa yang akan kita teliti. Jika rumusan masalah kita menyoroti kepada sikap orang tua, instrument yang kita buat juga ditujukan kepada orang tua.
Jika instrument dibiarkan seperti itu dan diberikan kepada siswa SMA sebagai responden, maka instrument tersebut tidak valid.Hal ini dikarenakan instrument yang kita buat menanyakan tentang sikap orang tua terhadap papol.Yang tahu jawaban setuju atau tidak dengan PAN adalah orang tua.Sehingga, dari instrument diatas yang perlu diubah adalah siapa respondennya.



Cangara. (2011). Komunikasi Politik : Konsep Teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers

Haryoseno, Rikcy. Layanan Pengumpulan Pendapat (Polling) Berbasis Dual Tone Multi Frekuensi. Semarang: Universitas Diponegoro, https://eprints.undip.ac.id/ diakses pada 8 Maret 2015

Krasmaya, Suci Susan. (2011). Analisis Isi Rubrik Opini Di Harian Umum Radar Bandung. Bandung: Unikom, https://Elib.unikom.ac.id/download.php?id=121010/diakses pada 8 Maret 2015

Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Nurudin.(2007). Pegantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers

Setiawan, Bambang. (1995). Metode penelitian komunikasi.


Stanley J.Baran, Dennis K. Davis. (2010). Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa depan (5thed.). ([A] Daud, [P. I.]Izzati, terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar